.CO.ID, JAKARTA — Pratu Marinir Eggy Afrianto dan Praka Nofrian Syah Putra, dua prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kontingen Garuda untuk Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL), membeberkan kisah mereka selamat dari serangan Israel di Lebanon Selatan.
Kedua prajurit itu saat ditemui usai upacara penyambutan Satgas TNI Kontingen Garuda UNIFIL tahun anggaran 2024 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis, berulang kali menyampaikan rasa syukurnya bisa selamat dari serangan tersebut dan kembali ke tanah air.
“Kami menyampaikan rasa syukur yang luar biasa dan ucapan terima kasih kepada Allah SWT karena kami masih diberi nafas atau peluang untuk tetap hidup,” ujar Eggy sambil berhadapan dengan para jurnalis.
Dengan wajah tegasnya, Eggy bercerita, kejadian tersebut terjadi pada 10 Oktober 2024. Eggy dan Nofri sedang melaksanakan dinas jaga di tugu pengamatan 14 sektor Naqoura, Lebanon Selatan yang ketika itu dalam kondisi eskalasi yang meningkat. “Wilayah Naqoura sedang level tiga,” ujarnya.
Pukul sembilan pagi berdasarkan waktu lokal, Eggy menyaksikan aktivitas dua buah tank Merkava asal Israel yang menembus dinding garis biru tersebut.
blue line
)—garis batas yang ditentukan oleh PBB untuk mengatur perbatasan di antara Lebanon dan Israel.
Setelah kedua Merkava itu meninggalkan tempat kejadian, Eggy memberitahu atasan langsungnya. Atasannya kemudian menginstruksikan dia untuk terus mengawasi gerak-gerik tank-tank musuh tersebut.
Sekitar pukul satu siang, Eggy dihantam oleh ledakan akibat serangan udara dari Israel. Dia kemudian memberikan laporan tersebut ke atasan langsungnya dan menerima instruksi untuk tetap menjalankan tugas pengamanan serta memantau area-area milik UNIFIL sebagaimana mestinya.
Diikuti pada tengah hari, tank Merkava buatan Israel memulai gerakannya menuju wilayah Naqoura. Menurut penjelasan Eggy, tank tersebut semakin dekat dengan posisinya sekitar jam lima petang.
Kekuatan serangan kian memuncak dan intensif. Diikuti oleh penembakan senjata berat.
airstrike
Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel kemudian dijawab balik oleh Hizbollah melalui serangan artilleri atau tembakan ringan,” katanya.
Di waktu malam, tepatnya pada pukul 12 tengah malam, menara di mana Eggy dan Nofri bertugas kembali mengalami akibat serangan udara. Selanjutnya, keesokan harinya, kurang lebih jam empat pagi, menara tersebut diterjang oleh peluru yang datang dari sisi tank Milik Israel yaitu Merkava.
“Kami sedang memberikan laporan kepada atasan bahwa ada peluncuran dari dua tank Merkava yang bergerak mendekati posisi kita. Selain itu, tentang monumen yang kami jaga. Kami bertugas menjaga di lantai empat dan tiba-tiba saja dilempar ke udara, sehingga sesaat kami pingsan,” ujar Eggy sambil menceritakan dengan beberapa kali tertahan.
Nofri kemudian meneruskan cerita trauma itu. Usai serangan yang menimpa monumen di mana mereka bertugas, kedua orang itu pun memulai proses evakuasi keluar dari titik pantau mereka. Akan tetapi, upaya ini tak semulus yang dibayangkan. “Perjalanan kita terhalang, anak tangga dari lantai tiga menuju lantai dua telah rusak akibat dampak peledakan,” jelas Nofirri.
Selanjutnya, menurut cerita Nofri, Pratu Eggy memilih untuk melompat dari lantai tiga ke lantai dua dan seterusnya hingga lantai satu karena tangga sudah tak bisa digunakan lagi. Dengan bantuan Eggy, Nofri berhasil mencari cara keluar. Akhirnya mereka berdua melewati celah di dinding yang merupakan sisa dampak ledakan itu.
Sesak napas dan rasa nyeri di kaki, Nofri dan Eggy berusaha mencari tempat perlindungan terdekat agar bisa berteduh. Mereka belum sampai ke gubuk tersebut ketika rombongan penyelamat tiba, mereka datang dalam kendaraan lapis baja dan setelah itu membawa kedua orang ini menuju rumah sakit.
Karena kejadian tersebut, Eggy menderita sobek di bagian kaki kirinya, lututnya, siku kirinya, lengannya yang kanan, serta dadanya yang kanan. Tambahan pula, penglihatannya jadi kabur, ia mendengar bunyi berdengung di telinganya, dan merasa kesulitan bernapas.
Pada saat yang sama, Nofri terluka di lengannya yang kanan dan kakinya yang kanan, serta merasakan pusing akibat dampak tabrakan. Menurut hasil sinar-X dari rumah sakit, paru-parurnya tersumbat oleh debu peledak sebagai konsekuensi dari letusan tersebut.
Nofri dan Eggy menyatakan bahwa insiden itu tetap terpatri dalam ingatan mereka. Mereka berpendapat bahwa trauma adalah hal yang wajar. Meskipun demikian, kedua anggota TNI ini tidak merasa ketakutan jika diminta lagi untuk melindungi keamanan di zona pertikaian.
“Jika kita diminta lagi untuk melakukan misi perdamaian, kita akan siap mengeksekusinya,” ujar Nofri. “Sebagai anggota TNI, kami siap kembali ke lapangan karena jiwa dan raganya telah dilantik untuk negera ini serta bagi TNI,” lanjut Eggy.