Impor Lithium dari Australia Naik ke 70-80 Ribu Ton, Pemerintah Berencana Perkuat Kerjasama Pasca Pembicaraan Prabowo-Albanese
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan sebuah aspek penting dari diskusi yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto bersama Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese tentang topik kendaraan bermotor berbasis listrik. Dalam hal ini, Indonesia memiliki minat khusus pada sumber daya lithium dari Australia.
Airlangga menjelaskan, selama ini Indonesia sudah mengimpor hingga 70-80 ribu ton lithium dari Australia. Barang itu diproses menjadi salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik di Morowali, Sulawesi Tengah.
“Saat sekarang pun Indonesia impor sekitar 80 ribu (ton) lithium dari Australia untuk diproses di kawasan industri kita yang ada di Morowali,” ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (15/5).
Dia menyebut, pemerintah masih membicarakan peluang meningkatkan impor lithium dari Australia. Pihaknya masih melihat kapasitas pabrik baterai listrik di Indonesia lebih dahulu.
Apabila sumber daya lithium mencukupi, ia menganggap hal itu akan melengkapi usaha Indonesia dalam produksi baterai kendaraan listrik. Pasalnya, Indonesia telah memiliki cadangan nikel.
“Maka, secara spesifik untuk baterai, kami memiliki varian yang berbasis nikel dan juga yang berbasis litium,” jelasnya.
Lithium sendiri, menurut Airlangga, merupakan salah satu mineral penting yang diharapkan dapat disertakan dalam penilaian kerja sama IA-CEPA antara Indonesia dan Australia selama lima tahun mendatang.
Post Comment