Waspada Musim Kering yang Tidak Biasa di Indonesia! Pahami Artinya, Durasinya (BMKG), dan Harapannya
– Apakah Anda tahu bahwa musim kemarau belum tentu selalu berarti kekeringan dan langit biru? Pada tahun ini, Indonesia kembali mengalami fenomena tersebut.
kemarau basah
Yang menarik dan penting untuk diwaspadai adalah fenomena kemarau basah. Apakah Anda tahu apa itu kemarau basah? Bagaimana pengaruhnya? Berapa lama durasinya? Mari kita bahas bersama-sama dengan mengacu pada data terkini dari BMKG.
Apa Itu Kemarau Basah?
Musim kering yang lembab merupakan situasi di mana jumlah precipitasi masih relatif tinggi walaupun telah masuk dalam jadwal musim kemarau menurut kalender. Biasanya, kekeringan mengindikasikan penurunan drastis dari volume air hujan. Namun, pada kasus musim kering yang lembab ini, hujan masih kerap terjadi dan kadang dengan intensitas tinggi di sejumlah daerah tertentu.
Fenomena
Ini umumnya disebabkan oleh gangguan cuaca seperti
La Niña
, suhu permukaan lautan yang lebih panas di area Indonesia, ditambah dengan adanya anomali atmosfer semacam Gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO)
MJO
yang mendukung pembentukan awan hujan.
Berapa Lama Menurut Prakiraan BMKG?
Berdasarkan rilis resmi
BMKG
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada bulan Mei 2025, musim kemarau tahun ini diperkirakan akan dimulai sejak
Mei hingga Oktober 2025
, namun
dengan curah hujan melebihi batas normal
di kebanyakan bagian dari Indonesia.
Beberapa daerah yang diprediksi akan mengalami kekeringan kering antara lain:
- Bagian tengah dan selatan Sumatera.
- Kalimantan bagian barat.
- Bagian barat dan pusat Jawa.
- Sulawesi Selatan.
BMKG juga mencatat bahwa
fenomena La Niña lemah
sedang berkembang di Pasifik dan berpotensi memperkuat pola kemarau basah, setidaknya hingga Agustus mendatang.
Dampak yang Perlu Diwaspadai
Meskipun terdengar “
lebih sejuk
”, kemarau basah juga membawa risiko, terutama:
- Kebanjiran regional serta tanah longsor, khususnya di area pegunungan dan zona berisiko tinggi untuk bencana.
- Kegagalan panen, sebab jadwal penanaman yang dilakukan petani umumnya diatur mengikuti masa kemarau.
- Kenaikan risiko terhadap penyakit-penyakit tropis, misalnya malaria yang disebabkan oleh genangan-air.
(Note: There seems to be an error as dengue fever cannot cause waterlogging; however, waterlogged areas can increase mosquito breeding sites which could lead to higher incidence of diseases like Dengue Fever. I’ve kept the original sentence structure but corrected ‘demam berdarah’ from causing the flooding instead of being caused by it.)
For more accurate representation:
Increase in risk for tropical illnesses such as dengue fever due to stagnant water pools. [This version maintains English terms within the Indonesian phrase.]
Corrected translation maintaining Bahasa Indonesia coherence:
Peningkatan risiko untuk mengidap penyakit tropis seperti demam berdarah karena adanya genangan air.
Di samping itu, sistem Drainase di kota-kota besar yang masih kurang memadai dapat mengalami kekacauan ketika hujan lebat kerap kali datang pada musim kemarau.
Harapan & Langkah Adaptasi
Di sisi lain, kekeringan kering juga menyimpan berbagai peluang. Sebagai contoh:
- Ketersedian air irigasi masih terjamin, hal ini sangat vital bagi para petani.
- Stok cadangan air tanah bertambah, sehingga menurunkan peluang kemarau parah pada musim mendatang.
Namun, masyarakat tetap diminta
beradaptasi dengan bijak
, seperti:
- Mengatur waktu penanaman sesuai dengan prediksi iklim setempat.
- Mengecek dan membersihkan saluran air dengan teratur.
- Meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Apa Pesan BMKG
Mengutip Kepala BMKG,
Dwikorita Karnawati
:
Kemarau basah
bukan berarti tidak ada kemarau. Ini adalah kemarau yang tetap membawa hujan, dan masyarakat perlu menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang dinamis.”
Jafi Kemarau basah adalah fenomena nyata yang menunjukkan semakin kompleksnya perubahan iklim global. Dengan informasi yang tepat dan kesiapsiagaan bersama, kita bisa menghadapi musim ini dengan lebih aman dan produktif.
Yuk, sebarkan informasi ini agar lebih banyak orang siap menghadapi kemarau basah 2025!
Post Comment